Rabu, 27 Maret 2013

AL MAJAZUL 'AQLY


       I.            ENDAHULUAN
Sebagaimana pada makalah kemarin telah dijelaskan tentang at-tasybih dan macam-macamnya, yaitu menyerupakan hal satu dengan hal lainnya baik itu verbal atau non verbal.
Ulama’ balaghoh berpendapat bahwa asul dari uslub majaz adalah uslub tasybih, perbedaanya adalah kalau tasybih itu musyabah dan musyabah bihinya harus ada dalam kalimat, sedangkan majaz  hanya ada salah satu diantara keduanya. Di dalam buku Ilmu Balaghoh Antara Al-Bayan Dan Albadi’  majaz dibagi menjadi tiga, yaitu: majaz isti’arah, majaz mursal dan majaz ‘aqly. Pada kesempatan kali ini pemakalah akan membahas salah satu dari pembagian majaz tersebut yaitu majaz ‘aqly.
    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apakah pengertian majaz ‘aqly?
B.     Bagaimanakah hubungan majaz ‘aqly?
C.     Apa perbedaan majaz ‘aqly dengan majaz mursal dan majaz isti’arah?
 III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Majaz ‘Aqly
Jika kiasan pada مجاز المرسل  terletak pada kata-kata, maka kiasan pada مجاز عقلي  terletak pada isnad (hubungan), dengan kata lain majaz ‘aqly menghubungakan suatu perbuatan, tidak dengan pelaku sebebenarnya, melainkan dengan penyebab terjadinya perbuatan tersebut atau dengan tempatnya, waktunya dan sebagainya[1].
Di dalam buku ilmu balaghoh antara al-bayan dan al-badi’ oleh H. Mardjoko Idris, MA. Mengatakan bahwa:
المجاز العقلي هو اسناد الفعل او ما فى معناه الى غير فاعله الحقيقى
               Artinya:
                   Majaz ‘aqly adalah penyandaran fi’il pada fail yang tidak sebenarnya[2]


المجاز العقلى هو اسناد الفعل او فى معناه الى غير ما هو له لعلاقة مع قرينة مانعة من ارادة الاىسناد
 الى الحقيقي.[3]
          Majaz ‘aqli adalah menyandarkan fi’il pada sesuatau yang lain untuk suatu hubungan pada hakikatnya.
Contoh:
بنى المحافظ كثيرا من المدارس  
gubernur telah membangun banyak sekolah.
Hakikatnya, pelaku pembangunan sekolah adalah para tukang, tetapi disini pembanguan diisnadkan (dihubungkan) kepada gubernur, karena ialah sebagai penyebab terlaksananya pembangunan.
ازدحمت شوارع جاكارتا
Contoh di atas adalah majaz kiasan ini digunakan untuk menegaskan pentingnya peranan dan manfaat kata kiasan. Begitu penting peranan gubernur dalam kasus kemacetan di jakarta, permasalahan utama dan yang perlu di atasi bukan mobil , melainkan kondisi-kondisi yang terkait dengan jalan raya, tepat lewat mobil.[4]
B.     Hubungan Majazul ‘Aqly
Untuk majaz ‘aqly terdapat beberapa hubungan yang berbeda-beda, diantaranya adalah, sebagai berikut;
1.      Hubungan Sebab الاسناد الى السبب  
Contoh : واذا تليت عليهم اياته زادنهم ايمانا
Artinya: Apabila dibacakan ayat-ayat (Allah) kepada mereka maka bertambahlah imannya.


                                                             
Dalam firman Allah mengguankan gaya bahasa majaz ‘aqly, yaitu adanya penyandaran fi’il pada fa’il yang tidak sebenarnya. Penyandaran fi’il  زاد kepada الايات  adalah penyandaran bukan pada fa’il yang sebenarnya, sedang yag dimaksud adalah penyandaran fi’il زاد kepada Allah.
2.      Hubungan Waktu العلاقة الزمانية
Contoh: يوم يجعل الولدان شيبا
Terdapat penyandaran fi’il يجعل (menjadikan) pada fail yang tidak sebenarnya. Yaitu berupa dhomir mustatir kembalinya pada اليوم  asalnya berbunyi يوم يجعل اليوم الوالدان شيبا , bahwa hari tidak dapat menjadikan anak berubah, yang dapat menjadikan anak berubah adalah Allah. Berhubung proses anak menjadi dewasa itu terjadi di sela-sela perjalanan zaman (waktu), maka hubungan yang ada adalah hubungan zaman العلاقة الزمانية.
3.      Hubungan Tempat العلاقة المكانية  
Contoh: [5]وجعلنا الانهار تجري من تحتهم
Terdapat penyandaran fi’il تجري (mengalir) pada fi’il yang tidak sebenarnya. Benarkah sungai itu mengalur? Tentu saja tidak, yang mengalir adalah air. Dengan demikian penyandaran yang sebenarnya adalah تجري المياه من تحتهم   (air-air itu mengalir dibawah mereka). Maka hubungan yang ada adalah hubungan tempat العلاقة المكانية sungai menjadi tempat air menaglir.

4.      Hubungan Maf’uliayh العلاقة المفعولية
Contoh: لا عاصم اليوم من امر الله الا من رحم
Allah menggunakan lafadz عاصم adalah berbentuk isim fail yang mempunyai arti “yang melindungi” akan tetapi aslinya adalah “yang dilindungi” sehingga yang dimaksud ayat tersebut لا معصوم اليوم من قضاء الله الا من رحمة الله, yang terdapat pada ayat tersebut penyandaran isim fail pada isim maf’ul, dan hubungan yang ada adalah hubungan maf’uliyah العلاقة المفعولية
5.      Hubungan Fa’iliyyah العلاقة الفاعلية
Contoh: واذا قرأت القران جعلنا بينك وبين الذين لا يؤمنون بالاخرة حجابا مستورا
Terdapat penggunaan lafadz مستورا yaitu berbentuk isim maf’ul yang berarti “ditutupi” yang dimaksud sesungguhnya bukanlah bentuk isim maf’ul melainkan isim fa’il, sehingga ayat tersebut berbunyi  حجابا ساتراdan bukan حجابا مستورا dalam arti yang sebnarnya. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa pada contoh di atas terjadi penyandaran lafadz مستورا (bentuk isim maf’ul) pada lafadz  ساترا (bentuk isim fa’il) hubungannya adalah fa’iliyyah العلاقة الفاعلية
6.      Hubungan Masdariyah العلاقة المصدرية
Contoh: سيذكرني اذا جد جدهم # وفى الليلة الظلماء يفتقد البدر
Terdapat kalimat yang berbunyi جد جدهم penyandaran fiil جد pada fail جدهم adalah bukan penyandaran fail yang bukan sebenarnya, penyandaran yang dimaksud adalah pada lafadz الجاد  sehingga kalimat tersebut berbunyi اذا جد الجاد جدهم  pada kalimat tersebut fail yang sebenarnya الجاد di buang kemudian fiilnya disandarkan pada isim masdar, yaitu جدهم  . hubungan adalah hubungan masdariyah العلاقة المصدرية[6]
C.     Perbedaan majaz ‘aqly dengan majaz mursal dan majaz isti’arah
      Mayoritas ahli balâghah mengatakan bahwa bila kaitan antara arti hakekat dan majâz adalah adanya keserupaan (musyâbahah) maka disebut isti‘ârah, bila kaitan antara keduanya tidak ada keserupaan (ghair musyâbahah) maka disebut al-majâz al-mursal.[7]             
 IV.            KESIMPULAN
Majaz ‘aqly adalah penyandaran fi’il pada fail yang tidak sebenarnya.
Ada beberapa macam isnad dalam majazul ‘aqly atau hubungan majazul ‘aqly diantaranya: hubungan sebab, hubungan waktu, hubungan tempat, hubungan fa’il, hubungan maf’ul dan hubungan masdar.
Perbedaan antara majaz ‘aqly dengan majaz mursal dan majaz isti’arah, bila kaitan antara arti hakekat dan majâz adalah adanya keserupaan (musyâbahah) maka disebut isti‘ârah, bila kaitan antara keduanya tidak ada keserupaan (ghair musyâbahah) maka disebut al-majâz al-mursal.
    V.            PENUTUP
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang  telah memberikan kenikmatan, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah balaghoh ini tentang Al-majazul ‘aqly dengan lancar. penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik teknis penulisan maupun materi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis sangat harapkan guna perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah yang sederhana ini bisa bermanfaat bagi penulis dan juga para pembaca. Amin.


















DAFTAR PUSTAKA
Bakrî. Syaikh Amîn, al-Balâghah al-‘Arabiyah fî Tsaubihâ al-Jadîd al-Bayân, juz.II,. Beirut: Dâr ‘Ilm li al-Malâyîn, 1995
Hidayat. Al-Balaghotul Badi’ Was Syawahidu Min Kalamil Badi’, Jakkarta: Pt Karya Toha Putra 2002
Idris.H. Mardjoko, Ilmu Balaghoh Antara Al-Bayan Dan Al-Badi’, Yogyakarta: Penerbit Teras 2007
Jazim. Aliyul Dan Mustofa Amin, Albalaghoh Al-Wadihah, Kairo: Daarul Ma’arif 111 M
Qodir .Abdul Husain, Fan-Nul Balaghoh, Beirut: Al-Mazro’atu Binayatul Iman 1983 M





[1] Prof. Dr. D, Hidayat, Al-Balaghotul Badi’ Was Syawahidu Min Kalamil Badi’, (Jakkarta: Pt Karya Toha Putra 2002). Hlm. 134.
[2]H. Mardjoko Idris, Ilmu Balaghoh Antara Al-Bayan Dan Al-Badi’, (Yogyakarta: Penerbit Teras 2007), hlm. 34
[3]‘Aliyul Jazim Dan Mustofa Amin, Albalaghoh Al-Wadihah, (Kairo: Daarul Ma’arif 111 M). hlm.  117
[4] Prof. Dr. D, Hidayat, Al-Balaghotul Badi’ Was Syawahidu Min Kalamil Badi’,.hlm. 134
[5]‘Abdul Qodir Husain, Fan-Nul Balaghoh, (Beirut: Al-Mazro’atu Binayatul Iman 1983 M). hlm, 93
[6] H. Mardjoko Idris, Ilmu Balaghoh Antara Al-Bayan Dan Al-Badi’, hlm 49-51
[7][7] Bakrî Syaikh Amîn, al-Balâghah al-‘Arabiyah fî Tsaubihâ al-Jadîd al-Bayân, juz.II, (Beirut: Dâr ‘Ilm li al-Malâyîn, 1995), h. 18.  Selanjutnya disebut  Bakrî Syaikh Amîn, juz.II.

Jumat, 08 Maret 2013

SAMBUTAN WAKIL WISUDAWATI SANTRI AKHIR ACARA PELEPASAN


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين الصلاة و السلام على اشرف الانبياء و المرسلين وعلى اله واصحابه اجمعين امابعد
Yang terhormat Romo Kyai H. Ahmad Baydowi Syamsyuri selaku pengasuh pondok pesantern sirajud tholibin  barbu, tanggung harjo grobogan
Yang kami hormati Kyai H. Abdurrahman selaku ketua yayasan
Yang taati dan yang kami banggakan asatidz dan ustadzat
Dan teman-teman wisudawati yang tercinta
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah, memberikan nikmat iman islam dan kesehatan serta kemampuan kepada kita semua sehingga kita dapat bermuwajahah di majlis yang insya allah dimuliakan oleh Allah swt.
Sholawat serta salam marilah kita haturkan kepada junjunagan kita nabi besar, nabi agung Muhammad saw biqoulina allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad, beliau yang telah menunjukkan kita dari zaman kejahiliyahan menuju zaman islamiyah yang penuh dengan cahaya islam terang benderang yang insya Allah seperti pada sekarang ini dalam rangka akhirussanah, wisuda santri akhir pondok pesantren sirojut tholibin.
Pertama kali, saya ingin mengucapkan beribu-ribu terima kasih karena diberi kepercayaan mewakili teman-teman dalam menyampaikan ucapan terima kasih wakil dari wisudawati tahun 2013 .
          Saya sebagai perwakilan wisudawati mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada Romo Kyai H. Ahmad Baydowi Syamsyuri selaku pengasuh pondok pesantern sirajud tholibin  barbu, Kyai H. Abdurrahman selaku ketua yayasan dan para asatidz dan asatidzah yang telah mendidik kami, yang tanpa jasa engkau berjuang mengajari kami, tanpa pamrih engkau berkorban untuk kami dan bagai tanpa pedang engkau berperang melawan kemalasan menghadapi kekanak-kanakan kami dalam belajar, engkau pahlawan bagi kami, dengan tulus mengayomi kami selama 6 tahun di pondok sirojut tholibin tercinta ini, dengan ikhlas dan sabar mendidik serta mengajari kami bermula dari awal kami masuk pondok yang mana kami belum mengetahui sesuatupun hingga sampai saat ini pada tahun 2013 engakau telah curahkan segala ilmu yang sangat berharga bagi kami hingga kami saat ini akan kembali kerumah kami.
Semoga ilmu yang telah Romo Yai, Asatidz dan ustadzat ajarkan kepada kami dapat bermanfaat di dunia dan akhirat serta dapat bermanfaat bagi kami dan orang-orang disekitar kami, semoga menjadi ilmu yang barokah dapat menghiasi dan menerangi bagai cahaya untuk kami di tengah gelombang kehidupan yang akan kami hadapi.
Kasih sayang yang telah engkau curahkan dan jasa yang telah engkau berikan kepada kami, akan selalu abadi dan terkenang dalam kalbu. Maka dari itu kami benar-benar ucapakan terimaksih sebanyak-bnyaknya, semoga Romo Kyai dan para asatidz di beri balasan oleh Allah berupa pahala dalam bentuk kebaikan di dunia maupun di akhirat.
Kami selaku wisudawati santri akhir mohon do’a kepada Romo Kyai H. Ahmad Baydowi syamsyuri dan seluruh asatidz agar kami dapat melanjutkan perjuangan setelah dari pondok sirojut tholibin ini dengan  lancar dan diberi mudah karena dengan wisuda ini bukan berarti akhir dari sebuah perjuangan yang akan kami tempuh, semoga kami di beri kemudahan oleh Allah swt.  Amin
Cukup sekian sambutan dari saya selaku perwakilan dari wisudawati, saya mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan baik dalam kata maupun perbuatan yang sengaja maupun tidak sengaja.
وبالله التوفيق والهداية والرضا والعناية .والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته